
Gambar : Para Mahasiswa Semester 3 Prodi Pendidikan Sejarah FKIP USI sedang foto bersama dengan Dosen Prodi di depan Pabrik Bah Butong, Kec. Sidamanik, Kab. Simalungun. 29/10/2025.
Dalam rangka memperkuat pemahaman mahasiswa terhadap mata kuliah Sejarah Perkebunan, Sejarah Agraria, dan Studi Dokumen, puluhan mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP USI mengadakan kegiatan kuliah lapangan ke Pabrik Teh PTPN VI Regional II Kebun dan Pabrik Teh Bah Butong, Kec. Sidamanik, Kab. Simalungun, pada Rabu (29/10/2025).
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar langsung di lapangan, khususnya terkait proses pengolahan teh, manajemen produksi, serta strategi pemasaran hasil perkebunan dan tak terlepas juga para mahasiswa belajar tentang Sejarah Perkebunan Teh Bah Butong. Didampingi oleh dosen pengampu mata kuliah, Jalatua H. Hasugian, S.Pd, M.A, dan Satria Chandra, S.Pd, M.Pd serta di dampingi juga oleh ibu Dr. Corry, M.Si para mahasiswa berkesempatan melihat secara langsung bagaimana daun teh segar diolah menjadi produk siap konsumsi dengan standar mutu tinggi.
Menurut Dr. Corry, M.Si, kegiatan kuliah lapangan seperti ini menjadi bagian penting dalam pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning). “Selama di kelas, mahasiswa belajar teori tentang rantai pasok dan pengolahan hasil perkebunan. Melalui kunjungan ini, mereka bisa menyaksikan sendiri bagaimana teori tersebut diterapkan di dunia industri,” ujarnya.
Sesampainya di lokasi, rombongan disambut oleh manajemen pabrik Bapak Armansyah Putra selaku Manager Pabrik Bah Butong yang di wakili oleh Staff SDM PTPN IV Bah Butong dan Pengawas Keamanan Pabrik yaitu Bapak Supriyono sekaligus menjadi narasumber dari PTPN IV Bah Butong, bapak Supriyono langsung mengajak berkeliling ke beberapa bagian produksi sekaligus menjelaskan tentang deskripsi Pabrik PTPN IV Bah Butong mulai dari sejarah hingga produksi nya yang mendunia. Mahasiswa diperlihatkan proses pemetikan daun teh, pelayuan, penggilingan, fermentasi, pengeringan, hingga proses grading dan pengemasan. Pihak pabrik juga memberikan penjelasan tentang sistem pengendalian mutu dan sertifikasi produk ekspor, mengingat teh butong yang berada di ketinggian 800 mdpl merupakan salah satu teh terbaik di dunia yang telah menembus pasar global.
Selain mengenal proses teknis, mahasiswa juga mendapatkan materi tentang manajemen tenaga kerja dan kebijakan keberlanjutan lingkungan yang diterapkan oleh perusahaan. “Kami senang sekali dapat belajar langsung dari praktisi industri. Banyak hal yang tidak kami temukan di buku teks, terutama tentang tantangan menjaga kualitas produk dan efisiensi produksi,” ungkap Josep, salah satu mahasiswa peserta.
Kegiatan ini juga menjadi ajang bagi mahasiswa untuk memperluas wawasan tentang peluang kerja dan wirausaha di sektor agribisnis. Beberapa mahasiswa mengaku terinspirasi untuk mengembangkan produk olahan berbasis teh setelah melihat inovasi yang dilakukan pabrik, seperti teh herbal dan teh celup dengan kemasan ramah lingkungan.
Di akhir kunjungan, pihak pabrik menyediakan hasil olahan teh berupa sampel produk teh kepada rombongan mahasiswa dan para mahasiswa juga dapat membeli hasil olahan pabrik secara langsung. Sebagai penutup, Satria Chandra selaku dosen mata kuliah Sejarah Perkebunan menyampaikan apresiasi atas sambutan pihak pabrik dan menegaskan pentingnya sinergi antara perguruan tinggi dan dunia industri. “Melalui kegiatan ini, kami berharap mahasiswa semakin termotivasi untuk berinovasi dan siap menghadapi tantangan di dunia kerja,” tutupnya.
Kegiatan kuliah lapangan ini diharapkan dapat terus dilaksanakan secara berkelanjutan agar mahasiswa memiliki pengalaman praktis yang relevan dengan kebutuhan industri. Dengan demikian, lulusan perguruan tinggi tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga adaptif, kreatif, dan siap berkontribusi bagi kemajuan sektor agribisnis nasional.
By. Satria Chandra