
Gambar : Para Mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah FKIP USI sedang foto bersama dengan Dosen Prodi di depan Area Candi Muara Takus, XIII Koto Kab. Kampar, Riau. 04/11/2025.
Sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran di luar kampus yang bertujuan memperkaya wawasan sejarah dan budaya nasional, mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP USI yang terdiri dari berbagai angkatan melaksanakan study tour lintas provinsi yang dimulai dari Candi Muara Takus yang terletak di Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, hingga Jam Gadang dan Goa Jepang di Kota Bukit Tinggi, Sumatera Barat dan kunjungan terakhir di Batu Malin Kundang, Kota Padang pada Senin (3/11/2025) s/d Kamis (6/11/2025). Kegiatan ini diikuti oleh lebih dari 40 mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP USI yang didampingi oleh 3 dosen pembimbing yaitu Dr. Corry, M.Si, Jalatua H. Hasugian, S.Pd, M.A, dan Satria Chandra, S.Pd, M.Pd kegiatan ini juga di dampingi oleh Ka. Prodi Pendidikan Sejarah FKIP USI Andres M. Ginting, M.Pd.
Kunjungan tersebut menjadi salah satu kegiatan rutinitas dari salah satu program tahunan, kegiatan ini mendorong mahasiswa untuk belajar secara langsung di lapangan dan memahami warisan kebudayaan bangsa melalui pengalaman nyata. Selain memperluas wawasan akademik, kegiatan ini juga bertujuan menumbuhkan rasa cinta tanah air, kebanggaan terhadap peninggalan sejarah, serta kesadaran akan pentingnya pelestarian situs budaya.
Field Trip tersebut di rencanakan perjalanan 4 hari dengan moda Bus, keberangkatan di mulai pada hari Senin (3/11/2025) dengan titik awal Gedung FKIP USI yang mana saat keberangkatan di laksanakan seremonial yang di pimpin langsung oleh Dekan FKIP USI Dr. Rohdearni Wati Sipayung, M.Si, MM dan doa bersama untuk keselamatan dalam perjalanan.
Menelusuri Jejak Peradaban Buddha di Tanah Sriwijaya Kampar.
Setibanya di lokasi pada Selasa (4/11/2025), rombongan mahasiswa disambut hangat oleh pengelola kawasan wisata sejarah Candi Muara Takus. Para mahasiswa tampak antusias menyimak penjelasan pemandu mengenai latar belakang sejarah candi yang merupakan salah satu peninggalan penting masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya. Situs ini dikenal sebagai kompleks percandian Buddha tertua di Sumatera, dan menjadi bukti kuat adanya pengaruh kebudayaan Buddha di wilayah Riau pada abad ke-11 hingga ke-12 Masehi.
Para mahasiswa kemudian diajak berkeliling ke berbagai bagian kompleks candi, seperti Candi Tuo, Candi Mahligai, Candi Bungsu, dan Candi Palangka. Mereka mempelajari struktur bangunan yang terbuat dari batu bata merah serta batu pasir yang tersusun rapi dengan teknik arsitektur khas Nusantara kuno. Selain itu, mahasiswa juga mendokumentasikan berbagai artefak dan relief yang menjadi bahan observasi untuk laporan akademik.
“Melihat langsung bentuk dan struktur Candi Muara Takus memberikan pengalaman yang berbeda dibanding hanya membaca dari buku teks. Saya jadi lebih memahami bagaimana majunya peradaban dan spiritualitas masyarakat masa lampau,” ujar Yuda, salah satu mahasiswa peserta study tour.
Selain mengadakan Field Trip di Candi Muara Takus tak lupa pula Prodi memiliki program sinergi yaitu Pengabdian Kepada Masyarakat dengan aksi bersih di peninggalan warisan budaya dan sejarah, implementasi pengabdian yang di lakukan oleh Program Studi yaitu dengan melaksanakan aksi bersih-bersih baik memungut daun-daun yang berserakan hingga sampah-sampah yang bertaburan di areal Candi. Para dosen dan mahasiswa sangat bersemangat dalam melaksanakan aksi bersih tersebut karena kecintaan para dosen dan mahasiswa terhadap peninggalan sejarah dan budaya.
Melihat Jejak Kolonial, Peninggalan Jepang, dan Masa Kemerdekaan di Bukit Tinggi.
Kegiatan study tour ini tidak hanya fokus pada aspek arkeologis, tetapi juga menekankan nilai-nilai pendidikan karakter dan kebangsaan. Para rombongan tiba di hari Rabu (05/11/2025) Melalui refleksi bersama di Jam Gadang yang merupakan ikon kota Bukit Tinggi, para mahasiswa diajak untuk merenungkan makna warisan leluhur di Jam Gadang sebagai identitas bangsa. Dosen pembimbing, Jalatua H. Hasugian, S.Pd, M.A., menjelaskan bahwa memahami sejarah terutama tentang sejarah Jam Gadang tidak hanya berarti mengenal masa lalu, tetapi juga mengambil pelajaran untuk memperkuat semangat kebangsaan dan persatuan, dinilai momen sejarah di Jam Gadang adalah bentuk media antara Bangsa Belanda dengan bangsa pribumi dimana Ratu Belanda memberikan sebuah hadiah jam kepada pemerintahan Hindia Belanda di Bukit Tinggi, hadiah dari Ratu Belanda merupakan satu kehormatan besar bagi siapa yang menerima nya karena momentum tersebut di nilai sangat sakral dan terhormat.
“Jam Gadang adalah saksi sejarah tentang kemajuan ilmu pengetahuan, seni, dan teknologi di masa lampau. Mahasiswa perlu melihat bahwa warisan seperti ini bukan sekadar objek wisata, tetapi simbol kebanggaan dan kearifan lokal yang perlu dijaga, selain Jam Gadang di areal itu kita juga dapat melihat secara langsung tempat pesanggrahannya Bung Hatta salah satu Bapak Proklamator Indonesia yang berasal dari Bukit Tinggi” tutur Dr. Corry, M.Si saat duduk bersama di alun-alun Jam Gadang.
Selain sesi tur dan penjelasan sejarah, kegiatan juga diisi dengan menelusuri jejak peninggalan masa Jepang , di mana mahasiswa dapat menelusuri goa jepang yang berada di bawah kota Bukit Tinggi, para mahasiswa dibimbing langsung oleh narasumber yang nama nya tidak mau disebutkan dan para mahasiswa diminta mengaitkan temuan lapangan dengan teori yang telah dipelajari di perkuliahan oleh para Dosen pembimbing. Beberapa kelompok menyoroti aspek arsitektur di Goa Jepang, sementara yang lain tetap mendokumentasikan seluruh ruangan yang berada di Goa Jepang.
Dari Legenda Hingga Pelestarian Nilai Budaya
Study tour ini juga menjadi momentum untuk memperkuat sinergi antara dunia pendidikan dan pengembangan pariwisata budaya daerah. Para mahasiswa sampai di Objek Wisata Batu Malin Kundang di Pantai Air Manis, Padang pada hari Rabu (05/11/2025). Melalui kunjungan tersebut, mahasiswa dapat memahami bagaimana situs legenda yang membudaya seperti Batu Malin Kundang yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai destinasi edukatif yang berkelanjutan.
Para Dosen dalam akademisi menyampaikan bahwa dukungan dari kalangan akademisi sangat dibutuhkan dalam upaya pelestarian dan promosi kawasan cagar budaya. Kolaborasi penelitian, publikasi ilmiah, dan kegiatan edukatif dianggap dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga kelestarian warisan leluhur.
“Dengan kunjungan mahasiswa seperti ini, kami berharap generasi muda semakin peduli terhadap sejarah dan budaya bangsanya. Semangat belajar dan rasa ingin tahu mereka menjadi modal penting untuk terus menghidupkan nilai-nilai budaya,” ujar Jonatan Sijabat, Ketua HMPS Prodi Pendidikan Sejarah FKIP USI.
Menutup Perjalanan dengan Refleksi dan Komitmen Pelestarian
Menjelang akhir kegiatan, mahasiswa melaksanakan sesi refleksi bersama di pelataran Pantai Air Manis, Padang serta di warnai dengan permainan kekompakan yang sudah di rancang oleh Panitia Seksi Acara Putri Damanik, dalam acara tersebut para mahasiswa sangat gembira serasa melepas penat selama dalam perjalanan, dalam sesi refleksi tersebut berkaitan dengan pembelajaran tentang nilai budaya yang berada di Pantai Air Manis yaitu Batu Malin Kundang. Di Malam hari dalam suasana yang khidmat, setiap angkatan menyampaikan kesan dan pembelajaran yang mereka peroleh selama study tour. Banyak mahasiswa yang mengaku semakin bangga menjadi bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki peradaban tinggi di masa lalu serta banyak juga para mahasiswa merasakan lelah nya perjalanan yang di tempuh tetapi setimpal dengan hasil yang didapat.
“Saya berterima kasih kepada kakak panitia yang sudah membimbing kami, saya sangat senang dan kekompakan dapet serta capek nya juga dapet, semoga nanti kami anak semester 1 tahun ini akan membuat field trip selanjut nya lebih meriah lagi,” ungkap salah satu mahasiswi semester 1 saat acara malam kekompakan.
Dosen pendamping ibu Dr. Corry, M.Si menutup kegiatan dengan pesan agar mahasiswa tidak hanya membawa pulang kenangan, tetapi juga semangat untuk menjaga, mempelajari, dan mempromosikan kebudayaan nasional “kepada seluruh mahasiswa saya ini merupakan perjalanan field trip terjauh selama saya jadi Dosen USI, untuk selanjutnya kepada para mahasiswa saya nanti dalam perjalanan kedepan nya bagi yang mudah sakit atau memiliki sakit asam lambung atau yang lainnya agar lebih peduli dan persiapannya harus lebih ekstra” ungkap Ibu Dr. Corry, M.Si saat acara kekompakan di Pantai Air Manis. Kegiatan study tour ini diharapkan menjadi langkah konkret dalam membangun generasi muda yang berpengetahuan luas, berkarakter, dan berjiwa nasionalis. Kegiatan di tutup dengan berjoget ria antara mahasiswa dan dosen di pelataran Pantai serta menyanyikan lagu kemesraan dan lagu sayonara
Dengan terselenggaranya feild trip tahun ini, Prodi Pendidikan Sejarah FKIP USI menegaskan komitmennya untuk terus mengembangkan model pembelajaran yang holistik — menggabungkan unsur akademik, nilai budaya, dan pengalaman langsung di lapangan. Ke depan, kegiatan serupa akan terus dilaksanakan untuk menumbuhkan kecintaan terhadap warisan budaya Indonesia sekaligus memperkuat peran pendidikan tinggi dalam pelestarian kebudayaan nasional.
By. Satria Chandra,S.Pd, M.Pd